Di beberapa negara mungkin sering terjadi beberapa masalah di negaranya karena berbagai faktor-faktor yang ada. Misalnya saja di Negara Indonesia sendiri banyak terjadi masalah yang kompleks. Masalah Pendidikan khususnya menjadi permasalahan yang harus kita perhatikan dalam hal ini. Tanpa Pendidikan mungkin bangsa kita tidak akan menjadi bangsa yang maju, berkembang dan mengerti adanya teknologi.
Nahh...mungkin ini sedikit artikel Permasalahan Pendidikan yang harus dibaca oleh semua kalangan untuk menambah sedikit wawasan dan pengetahuan di memori otak kita.
Nahh...mungkin ini sedikit artikel Permasalahan Pendidikan yang harus dibaca oleh semua kalangan untuk menambah sedikit wawasan dan pengetahuan di memori otak kita.
1. Tantangan Kecenderungan Global
Di Indonesia dalam sektor pendidikan
telah membuahkan banyak hasil yang membesarkan hati walaupun banyak
masalah-masalah yang muncul akibat keberhasilan yang dicapai itu.
Garis Besar Haluan Nasional (GBHN), repelita IV secara explisit, menyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP 1) terbukti telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, dibalik kesuksesan peningkatan indikator kualitatif tersebut, dilontarkan berbagai kritik baik yang dikaitkan dengan masalah pendidikan itu sendiri maupun keterkaitanya dengan masalah lain.
Pada abad yang penuh tantangan ini, dunia akan ditandai dengan beberapa perubahan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Telah diketahui bahwa perubahan masyarakat pertanian ke masyarakat industri dan selanjutnya ke masyarakat informasi. Akibat dari perkembangan teknologi tersebut pada giliranya akan diikuti perubahan dalam struktur pelapisan sosial sebagai akibat dari perkembangan dalam bidang profesi yang merupakan salah satu dari ciri masyarakat modern. (Tilaar 1991 : 18). Tilaar (1991) mengemukakan bahwa tingkat partisipasi untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di negara maju pada saat tinggal landas mencapai 30 persen. Sedangkan di negara berkembang yang bukan negara industri berkisar angka partisipasinya 15 persen. Pada masa sebelum tinggal landas, rata-rata tingkat melek huruf baru menunjukan angka lebih kecil dibanding dengan negara berkembang.
Kesulitan yang paling mendasar yang menjadi landasan perjuangan negara industri baru (Korea, Thailand, Malaysia, Taiwan) sehubungan dengan derasnya arus informasi dan pengaruh globalisasi, ialah proses penentuan masa depan masyarakatnya, landasan kepribadiannya, serta cara hidup (etos kerja) yang sesuai dengan landasan idiologinya.
Garis Besar Haluan Nasional (GBHN), repelita IV secara explisit, menyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP 1) terbukti telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, dibalik kesuksesan peningkatan indikator kualitatif tersebut, dilontarkan berbagai kritik baik yang dikaitkan dengan masalah pendidikan itu sendiri maupun keterkaitanya dengan masalah lain.
Pada abad yang penuh tantangan ini, dunia akan ditandai dengan beberapa perubahan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Telah diketahui bahwa perubahan masyarakat pertanian ke masyarakat industri dan selanjutnya ke masyarakat informasi. Akibat dari perkembangan teknologi tersebut pada giliranya akan diikuti perubahan dalam struktur pelapisan sosial sebagai akibat dari perkembangan dalam bidang profesi yang merupakan salah satu dari ciri masyarakat modern. (Tilaar 1991 : 18). Tilaar (1991) mengemukakan bahwa tingkat partisipasi untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di negara maju pada saat tinggal landas mencapai 30 persen. Sedangkan di negara berkembang yang bukan negara industri berkisar angka partisipasinya 15 persen. Pada masa sebelum tinggal landas, rata-rata tingkat melek huruf baru menunjukan angka lebih kecil dibanding dengan negara berkembang.
Kesulitan yang paling mendasar yang menjadi landasan perjuangan negara industri baru (Korea, Thailand, Malaysia, Taiwan) sehubungan dengan derasnya arus informasi dan pengaruh globalisasi, ialah proses penentuan masa depan masyarakatnya, landasan kepribadiannya, serta cara hidup (etos kerja) yang sesuai dengan landasan idiologinya.
2.
Tantangan Kecenderungan Nasional
Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat mendasar dalam berbagai bidang kehidupan. Pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi ini masih akan menjadi beban yang menimbulkan hambatan dalm pertumbuhan ekonomi.
Pergeseran susunan umur penduduk Indonesia yang hanya memerlukan waktu sekitar 25-30 tahun mendorong penyesuaian sasaran strategis. Penduduk kelompok usia 13-18 tahun akan terus membengkak dan arah pembangunan perlu ditujukan untuk memenuhi desakan kebutuhan penduduk, usia tersebut. Pembangunan sarana pendidikan lanjutan tingkat pertama sejak awal pembangunan jangka panjang kedua, seperti gedung sekolah, penyediaan guru (D1, D2, D3, dan S1), dan fasilitas pendidikan lainnya, merupakan hal yang mendesak untuk ditanggulangi. Dengan demikian, arah pembangunan pendidikan akan segera bergeser dari perluasan pendidikan dasar menjadi lanjutan pendidikan pada awal kurun waktu, dan akan mulai bergeser ke pendidikan tinggi pada kurun waktu akhir pembangunan jangka panjang kedua.
Pengalaman dalam melakukan pembangunan jangka panjang kedua selama ini membuktikan bahwa stabilitas nasional itu masih tetap merupakan prasyarat mutlak untuk melaksanakan demokrasi pendidikan.
Indonesia akan mengalami perubahan yang sangat mendasar dalam berbagai bidang kehidupan. Pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi ini masih akan menjadi beban yang menimbulkan hambatan dalm pertumbuhan ekonomi.
Pergeseran susunan umur penduduk Indonesia yang hanya memerlukan waktu sekitar 25-30 tahun mendorong penyesuaian sasaran strategis. Penduduk kelompok usia 13-18 tahun akan terus membengkak dan arah pembangunan perlu ditujukan untuk memenuhi desakan kebutuhan penduduk, usia tersebut. Pembangunan sarana pendidikan lanjutan tingkat pertama sejak awal pembangunan jangka panjang kedua, seperti gedung sekolah, penyediaan guru (D1, D2, D3, dan S1), dan fasilitas pendidikan lainnya, merupakan hal yang mendesak untuk ditanggulangi. Dengan demikian, arah pembangunan pendidikan akan segera bergeser dari perluasan pendidikan dasar menjadi lanjutan pendidikan pada awal kurun waktu, dan akan mulai bergeser ke pendidikan tinggi pada kurun waktu akhir pembangunan jangka panjang kedua.
Pengalaman dalam melakukan pembangunan jangka panjang kedua selama ini membuktikan bahwa stabilitas nasional itu masih tetap merupakan prasyarat mutlak untuk melaksanakan demokrasi pendidikan.
3.
Jenis-jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
a. Kualitas Pendidikan
Pada Pembangunan Jangka
Panjang Tahap II ini pendidikan menjadi sasaran utama dan pertama untuk
mendukung keberhasilan pembangunan. Kualitas pendidikan yang mampu menyumbang
nilai tambah, sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi. Beberapa indikator
dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk mengukur kualitas pendidikan kita,
yaitu meliputi :
1) Mutu guru yang masih rendah
ada semua jenjang pendidikan
2) Fasilitas belajar yang
belum memadai
3) Tidak meratanya kualitas
lulusan yang dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan
Hal ini memang tergantung pada besarnya dukungan anggaran yang diperuntukan bagi pendidikan per unit maupun alokasi dana bagi pendidikan dan APBN yang ada.
Dengan demikian jika kualitas pendidikan ingin ditingkatkan, dukungan anggaran masih perlu ditingkatkan, disamping perlu berupaya untuk meningkatkan efisiensi pendidikan dan sekaligus mengejar efisiensi ekstemalnya.
Hal ini memang tergantung pada besarnya dukungan anggaran yang diperuntukan bagi pendidikan per unit maupun alokasi dana bagi pendidikan dan APBN yang ada.
Dengan demikian jika kualitas pendidikan ingin ditingkatkan, dukungan anggaran masih perlu ditingkatkan, disamping perlu berupaya untuk meningkatkan efisiensi pendidikan dan sekaligus mengejar efisiensi ekstemalnya.
b. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan atau efisiensi
eksternal suatu sistem itu dalam memasok tenaga-tenaga kerja terampil dalam
jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor-sektor pembangunan.
Wardiman Djojonegoro menyatakan bahwa dunia penddidikan di Indonesia sampai sekarang masih mengalami krisis yang berkisar pada relevansi pendidikan dan mutu pendidikan. Menurut Riwanto (1993) masalah tidak relevannya pendidikan kita bukan hanya disebabkan oleh adanya kesenjangan antara “supply” sistem pendidikan dan “demand” tenaga yang dibutuhkan oleh berbagai sektor ekonomi, tetapi disebabkan oleh ketidaksesuaian isi kurikulum sisitem pendidikan kita diberbagai jenjang pendidikan dengan perkembangan diferensiasi lapangan pekerjaan di dunia usaha dan perkembangan iptek.
Wardiman Djojonegoro menyatakan bahwa dunia penddidikan di Indonesia sampai sekarang masih mengalami krisis yang berkisar pada relevansi pendidikan dan mutu pendidikan. Menurut Riwanto (1993) masalah tidak relevannya pendidikan kita bukan hanya disebabkan oleh adanya kesenjangan antara “supply” sistem pendidikan dan “demand” tenaga yang dibutuhkan oleh berbagai sektor ekonomi, tetapi disebabkan oleh ketidaksesuaian isi kurikulum sisitem pendidikan kita diberbagai jenjang pendidikan dengan perkembangan diferensiasi lapangan pekerjaan di dunia usaha dan perkembangan iptek.
c. Elitisme
Yang dimaksud elitisme dalam pendidikan
ialah kecenderungan penyelenggaran pendidikan oleh pemerintah menguntungkan
kelompok mesyarakat yang kecil atau yang justru mampu ditinjau dari segi
ekonomi.
d. Managemen Pendidikan
Dalam kajian ekonomi pendidikan dapat
dipandang sebagai suatu ilustri, sebagai suatu industri pengembangan sumber
daya manusia pendidikan harus dikelola secara profesional. Tetapi lembaga
pendidikan kita dibentuk berdasarkan fungsi dan peranan pendidikan yang sudah
ketinggalan jaman. Sebagaimana dengan kebanyakan lembaga-lembaga sosial ; uang,
lembaga-lembaga itu tidak dapat lagi mengikuti secepatnya laju pembangunan.
e. Pemerataan Pendidikan
Pada awal Repelita I Indonesia pernah
mendapat gelar karena melonjaknya harga minyak bumi. Melalui Inpres pemerintah
telah meningkatkan mutu bangsa, salah satu mutu bangsa adalah dengan
ditandainya tingkat partisipasi pendidikan dasar, sekaran di Indonesia angka
partisipasi untuk sekolah dasar sudah hampir mencapai 100%.
Namun perencanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini belum mengarah kepada kebutuhan lapangan kerja, apalagi mengantisipasi pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia industri di masa mendatang.
Namun perencanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini belum mengarah kepada kebutuhan lapangan kerja, apalagi mengantisipasi pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia industri di masa mendatang.
Sumber : Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
0 komentar:
Posting Komentar